NAMA
|
URL BLOG
|
KETERANGAN
|
andriansah
| ||
mohamad agus
|
Panel solar sytem
| |
katalog fashion
| ||
alfan muzaqi
|
Cara hacker
| |
siti rasidah
|
Tutorial hijab
| |
rini pujiastuti
|
Blogger rinii
| |
era rismawati
|
Tempat wisata di jakarta
| |
alfiyana suwandi
|
Web server
| |
elisa damayanti
|
P3K
| |
ahmad ramdhani
|
Coding PHP
| |
awaliyah
|
Peran pendidikan
| |
kamalia muhammad
|
Fakta-fakta tentang google
| |
kariyah
|
Kejahatan dunia maya
| |
MYSQL
| ||
waryono
|
Pariwisata
| |
rian ade hidayat
|
Kumpulan lagu
| |
ana rohayatul jannah
|
Curhatan hidup
| |
susi soviana
|
kuliner
| |
siti mutoharoh
|
Pariwisata
| |
m.sirojudin
|
HTML
| |
rachmat
|
Produk olahraga
| |
ilham alan noor
|
Aplikasi game
| |
saroni zainal abidin
|
Tutorial membersihkan bak mandi
| |
dessy trianti putri
|
Pariwisata
| |
INTERNET
| ||
moch.chaerunisha
|
Merawat kendaraan
| |
nurul askin
|
Perawatan wajah
| |
hery setiawan
|
pariwisata
| |
apriyanto
|
entrepreneur
| |
nur lita widyarti
|
kuliner
| |
egi cahya giri nugraha
|
Tutorial gitar
| |
indah lestari
|
Kumpulan puisi
| |
devie septianingsih
|
Informasi bandara SOETTA
| |
nurul azhari
|
azharidifa2.blogspot.com
|
Motivasi kehidupan
|
CIREBON KOTA BERINTAN
-
Kamis, 17 April 2014
Blogroll
Rabu, 02 April 2014
SEJARAH KOTA CREBON

Kemudian Ki Gendeng Alang-alang mendirikan sebuah pemukiman di
lemahwungkuk yang letaknya kurang lebih 5 km, ke arah Selatan dari Muara
Jati. Karena banyak saudagar dan pedangan asing juga dari
daerah-daer5ah lain yang bermukim dan menetap maka daerah itu di namakan
Caruban yang berarti campuran kemudian berganti Cerbon kemudian menjadi
Cirebon hingga sekarang.
Raja Pajajaran Prabu Siliwanggi mengangkat Ki Gede Alang-alang
sebagai kepala pemukiman baru ini dengan gelar Kuwu Cerbon. Daerahnya
yang ada di bawah pengawasan Kuwu itu dibatasi oleh Kali Cipamali di
sebelah Timur, Cigugur (Kuningan) di sebelah Selatan, pengunungan
Kromong di sebelah Barat dan Junti (Indramayu) di sebelah Utara.
Setelah Ki Gedeng Alang-alang wafat kemudian digantikan oleh
menantunya yang bernama Walangsungsang putra Prabu Siliwanggi dari
Pajajaran. Walangsungsang ditunjuk dan diangkat sebagai Adipati Carbon
dengan gelar Cakrabumi. Kewajibannya adalah membawa upeti kepada Raja di
ibukota Rajagaluh yang berbentuk hasil bumi, akan tetapi setelah merasa
kuat meniadakan pengiriman upeti, akibatnya Raja mengirim bala tentara,
tetapi Cakrabumi berhasil mempertahankannya.
Kemudian Cakrabumi memproklamasikan kemerdekaannya dan mendirikan
kerajaan Cirebon dengan mamakai gelar Cakrabuana. Karena Cakrabuana
telah memeluk agama Islam dan pemerintahannya telah menandai mulainya
kerajaan kerajaan Islam Cirebon, tetapi masih tetap ada hubungan dengan
kerajaan Hindu Pajajaran.
Semenjak itu pelabuhan kecil Muara Jati menjadi besar, karena
bertambahnya lalu lintas dari dan ke arah pedalaman, menjual hasil
setempat sejauh daerah pedalaman Asia Tengara. Dari sinilah awal
berangkat nama Cirebon hingga menjadi kota besar sampai sekarang ini.
Pangeran Cakra Buana kemudian membangun Keraton Pakungwati sekitar
Tahun 1430 M, yang letaknya sekarang di dalam Komplek Keraton Kasepuhan
Cirebon.
KERATON KESEPUHAN CIREBON

Di depan Keraton Kesepuhan terdapat alun-alun yang pada waktu zaman
dahulu bernama Alun-alun Sangkala Buana yang merupakan tempat latihan
keprajuritan yang diadakan pada hari Sabtu atau istilahnya pada waktu itu adalah Saptonan. Dan di alun-alun inilah dahulunya dilaksanakan juga pentas perayaan Negara lalu juga sebagai tempat rakyat
berdatangan ke alun-alun untuk memenuhi panggilan ataupun mendengarkan
pengumuman dari Sultan. Di sebelah barat Keraton kasepuhan terdapat Masjid yang cukup megah hasil karya dari para wali yaitu Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
Sedangkan di sebelah timur alun-alun dahulunya adalah tempat perekonomian yaitu pasar -- sekarang adalah pasar kesepuhan yang sangat terkenal dengan pocinya.
Model bentuk Keraton yang menghadap utara dengan bangunan Masjid di
sebelah barat dan pasar di sebelah timur dan alun-alun ditengahnya
merupakan model-model Keraton pada masa itu terutama yang terletak di
daerah pesisir. Bahkan sampai sekarang, model ini banyak diikuti oleh seluruh kabupaten/kota terutama di Jawa yaitu di depan gedung pemerintahan terdapat alun-alun dan di sebelah baratnya terdapat masjid.
Sebelum memasuki gerbang komplek Keraton Kasepuhan terdapat dua buah pendopo, di sebelah barat disebut Pancaratna yang dahulunya merupakan tempat berkumpulnya para punggawa Keraton, lurah atau pada zaman sekarang disebut pamong praja. Sedangkan pendopo sebelah timur disebut Pancaniti yang merupakan tempat para perwira keraton ketika diadakannya latihan keprajuritan di alun-alun.
Memasuki jalan kompleks Keraton di sebelah kiri terdapat bangunan yang cukup tinggi dengan tembok bata kokoh disekelilingnya. Bangunan ini bernama Siti Inggil atau dalam bahasa Cirebon sehari-harinya adalah lemah duwur yaitu tanah yang tinggi. Sesuai dengan namanya bangunan ini memang tinggi dan nampak seperti kompleks candi pada zaman Majapahit. Bangunan ini didirikan pada tahun 1529, pada masa pemerintahan Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati).
Di pelataran depan Siti Inggil terdapat meja batu
berbentuk segi empat tempat bersantai. Bangunan ini merupakan bangunan
tambahan yang dibuat pada tahun 1800-an. Siti Inggil memiliki dua gapura dengan motif bentar bergaya arsitek zaman Majapahit. Di sebelah utara bernama Gapura Adi sedangkan di sebelah selatan bernama Gapura Banteng. Dibawah Gapura Banteng ini terdapat Candra Sakala dengan tulisan Kuta Bata Tinata Banteng yang jika diartikan adalah tahun 1451.
Saka yang merupakan tahun pembuatannya (1451 saka = 1529 M). Tembok
bagian utara komplek Siti Inggil masih asli sedangkan sebelah selatan
sudah pernah mengalami pemugaran/renovasi. Di dinding tembok kompleks
Siti Inggil terdapat piring-piring dan porslen-porslen yang berasal dari
Eropa dan negeri Cina dengan tahun pembuatan 1745 M.
Di dalam kompleks Siti Inggil terdapat 5 bangunan tanpa dinding yang
memiliki nama dan fungsi tersendiri. Bangunan utama yang terletak di
tengah bernama Malang Semirang dengan jumlah tiang utama 6 buah yang
melambangkan rukun iman dan jika dijumlahkan keseluruhan tiangnya
berjumlah 20 buah yang melambangkan 20 sifat-sifat Allah SWT. Bangunan
ini merupakan tempat sultan melihat latihan keprajuritan atau melihat
pelaksanaan hukuman.
Bangunan di sebelah kiri bangunan utama bernama Pendawa Lima dengan
jumlah tiang penyangga 5 buah yang melambangkan rukun islam. Bangunan
ini tempat para pengawal pribadi sultan. Bangunan di sebelah kanan
bangunan utama bernama Semar Tinandu dengan 2 buah tiang yang
melambangkan Dua Kalimat Syahadat. Bangunan ini adalah tempat penasehat
Sultan/Penghulu.
Di belakang bangunan utama bernama Mande Pangiring yang merupakan
tempat para pengiring Sultan, sedangkan bangunan disebelah mande
pangiring adalah Mande Karasemen, tempat ini merupakan tempat pengiring
tetabuhan/gamelan. Di bangunan inilah sampai sekarang masih digunakan
untuk membunyikan Gamelan Sekaten (Gong Sekati), gamelan ini hanya
dibunyikan 2 kali dalam setahun yaitu pada saat Idul Fitri dan Idul
Adha.
Selain 5 bangunan tanpa dinding terdapat juga semacam tugu batu yang
bernama Lingga Yoni yang merupakan lambang dari kesuburan. Lingga
berarti laki-laki dan Yoni berarti perempuan. Bangunan ini berasal dari
budaya Hindu, dan di atas tembok sekeliling kompleks Siti Inggil ini
terdapat Candi Laras untuk penyelaras dari kompleks Siti Inggil ini.
KERAJINAN ROTAN CIREBON
Sentra rotan di Cirebon sendiri tersebar di enam kecamatan. Sebut saja di Kecamatan Weru, terutama di desa tegalwangi. Kemudian di Kecamatan Plered, di desa Tegalsari. Lainnya, ada di Kecamatan Plumbon, Sumber, Depok dan Palimanan. Dari kecamatan-kecamatan tersebut, setidaknya 80% ekspor kerajinan rotan nasional dihasilkan. Tak berlebihan sekiranya bila sentra rotan Cirebon digolongkan sebagai sentra rotan terbesar di Indonesia dengan total ekspor kerajinan rotan sebesar 47,7 ton atau senilai USD 121, 66 juta menurut data Asosiasi Industri permebelan dan kerajinan Indoensia (Asmindo) pada tahun 2007 silam.Pada masa jayanya, sentra rotan di Cirebon mampu mengekspor sekitar 3000 kontainer sebulan. Pada saat itu, rotan Cirebon menguasai 90% pasar dunia. Kini, sentra ini hanya mampu mengekspor sekitar 75 sampai 150 kontainer sebulan. Meski sempat mengalami keterpurukan pada masa krisis ekonomi tahun 1998, akibat meningkatnya barga bahan baku, kerajinan rotan kini kembali menjadi andalan sektor industri Kabupaten Cirebon. Pemanfaatan hasil rotan cukup berpeluang untuk meningkatkan penerimaan ekspor. Selain memenuhi kebutuhan ekspor, saat ini pemasaran kerajinan rotan berupa ruko-ruko dan beberapa show room yang terdapat disepanjang jalan Tegalwangi Cirebon.
Keunggulan dari produk kami adalah lebih tahan lama, bebaas dari rayap dan hama lainnya, lebih modern, tahan lama, bisa di letakkan di mana saja.
Senin, 31 Maret 2014
BATIK TRUSMI
Sejarah Batik Trusmi Cirebon
Asal mulanya Sultan kraton menyuruh orang trusmi untuk membuat batik seperti miliknya tanpa membawa contoh batik, dia hanya di perbolehkan melihat motifnya saja. Saat jatuh tempo, orang trusmi itu kemudian datang kembali dengan membawa batik yang telah dia buat.Ketika itu orang trusmi tersebut meminta batik yang asli kepada Sultan,yang kemudian di bungkuslah kedua batik itu (batik yang asli dengan batik buatannya/duplikat).
Orang trusmi kemudian menyuruh sultan untuk memilih batik yang asli namun sangking miripnya sultan tidak dapat membedakannya, batik duplikat tersebut tidak ada yang meleset sama sekali dari batik aslinya. sehingga sultan mengakui bahwa batik buatan orang trusmi sangat apik, tanpa membawa contoh batik yang aslinya dapat membuat batik yang sama persis.
Batik (atau kata Batik) berasal dari bahasa Jawa “amba” yang berarti menulis dan “titik”. Kata batik merujuk pada kain dengan corak yang dihasilkan oleh bahan “malam” (wax) yang diaplikasikan ke atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna (dye), atau dalam bahasa Inggrisnya “wax-resist dyeing”.
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya “Batik Cap” yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak “Mega Mendung”, di mana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.
Ragam corak dan warna batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh orang Tionghoa, yang juga mempopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.
Teknik membatik telah dikenal sejak ribuan tahun yang silam. Tidak ada keterangan sejarah yang cukup jelas tentang asal usul batik. Ada yang menduga teknik ini berasal dari bangsa Sumeria, kemudian dikembangkan di Jawa setelah dibawa oleh para pedagang India. Saat ini batik bisa ditemukan di banyak negara, seperti: Indonesia, Malaysia, Thailand, India, Sri Lanka, dan Iran. Selain di Asia, batik juga sangat populer di beberapa negara di benua Afrika. Walaupun demikian, batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik yang berasal dari Indonesia, terutama dari Jawa.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.
Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia (Jawa) yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB.
Cara pembuatan
Semula batik dibuat di atas bahan dengan warna putih yang terbuat dari kapas yang dinamakan kain mori. Dewasa ini batik juga dibuat di atas bahan lain, seperti: sutera, poliester, rayon dan bahan sintetis lainnya. Motif batik dibentuk dengan cairan lilin dengan menggunakan alat yang dinamakan canting untuk motif halus, atau kuas untuk motif berukuran besar, sehingga cairan lilin meresap ke dalam serat kain. Kain yang telah dilukis dengan lilin kemudian dicelup dengan warna yang diinginkan, biasanya dimulai dari warna-warna muda. Pencelupan kemudian dilakukan untuk motif lain dengan warna lebih tua atau gelap. Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan ke dalam bahan kimia untuk melarutkan lilin.
Tempat Wisata Gua Sunyaragi
Gua Sunyaragi adalah sebuah gua yang berlokasi di kelurahan Sunyaragi, Kesambi, Kota Cirebon dimana terdapat bangunan mirip candi yang disebut Gua Sunyaragi, atau Taman Air Sunyaragi, atau sering disebut sebgaai Tamansari Sunyaragi. Nama "Sunyaragi" berasal dari kata "sunya" yang artinya adalah sepi dan "ragi" yang berarti raga, keduanya adalah bahasa Sanskerta. Tujuan utama didirikannya gua tersebut adalah sebagai tempat beristirahat dan meditasi para Sultan Cirebon dan keluarganya.
Gua Sunyaragi merupakan salah satu benda cagar budaya yang berada di Kota Cirebon dengan luas sekitar 15 hektar. Objek cagar budaya ini berada di sisi jalan by pass Brigjen Dharsono, Cirebon. Konstruksi dan komposisi bangunan situs ini merupakan sebuah taman air. Karena itu Gua Sunyaragi disebut taman air gua Sunyaragi. Pada zaman dahulu kompleks gua tersebut dikelilingi oleh danau yaitu Danau Jati. Lokasi dimana dulu terdapat Danau Jati saat ini sudah mengering dan dilalui jalan by pass Brigjen Dharsono, sungai Situngkul, lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Gas, Sunyaragi milik PLN, persawahan dan menjadi pemukiman penduduk. Selain itu di gua tersebut banyak terdapat air terjun buatan sebagai penghias, dan hiasan taman seperti Gajah, patung wanita Perawan Sunti, dan Patung Garuda. Gua Sunyaragi merupakan salah satu bagian dari keraton Pakungwati sekarang bernama keraton Kasepuhan.
Minggu, 30 Maret 2014
NASI LENGKO
Nasi lengko adalah makanan khas masyarakat pantai utara (Cirebon, Indramayu, Brebes, Tegal dan sekitarnya). Makanan khas yang sederhana ini sarat akan protein dan serat serta rendah kalori karena bahan-bahan yang digunakan adalah 100% non-hewani. yuk coba masak sendiri dirumah…
Bahan-bahan :
- 1.000 gr nasi putih
- 1 buah tahu putih (250 gram), potong kotak
- 250 gr tempe, potong kotak
- 50 gr taoge, seduh
- 1 buah ketimun (100 gram), potong empat, iris tipis
- 3 tangkai kucai, potong 1 cm
- 150 ml air, untuk merendam
- minyak untuk menggoreng
- 2 siung bawang putih
- 1/2 sdt merica
- 1 1/2 sdt ketumbar
- 1 1/2 sdt garam
- 5 buah cabai merah, haluskan
- 3 buah cabai rawit merah, haluskan
- 5 sdt gula merah
- 1 sdt garam
- 150 gr kacang tanah, goreng, tumbuk kasar
- 150 ml air panas
- Aduk rata bumbu halus dan air
- Rendam tahu dan tempe sampai meresap. Diamkan 15 menit
- Lalu goreng sampai matang, tiriskan
- Aduk rata semua bahan saus
- Siapkan nasi di piring, tahu, tempe, taoge, ketimun, kucai, saus.
- Nasi lengko siap untuk disajikan (taburkan bawang goreng diatasnya)
Langganan:
Postingan (Atom)